Taifun Pikiran & Perjalanan

Ferdinand Chandra
3 min readMay 23, 2020

--

Sekumpulan pesan yang kita tidak tahu bahwa kita membutuhkannya

Photo by Jason Leung on Unsplash

Ada sebuah band yang lagu-lagunya selalu saya kagumi. Saya tidak pernah bosan mendengarkan lagu mereka. Entah melodi yang merdu, alunan musik nan syahdu, atau lirik yang memiliki arti yang penuh yang menarik perhatian saya.

Barasuara adalah sebuah band yang beranggotakan 6 orang. Tidak… saya bukan fanatik, bukan juga penunggang badai (basis fans Barasuara). Saya juga tidak mengerti tentang musik sama sekali. Saya hanya mengagumi lagu-lagu yang diciptakan oleh mereka.

Berawal dari sebuah lagu yang muncul menjadi rekomendasi saat saya sedang menyetel Spotify. Biasanya, bila muncul lagu yang tidak saya kenal, saya langsung memijit tombol next. Namun, judul yang tidak biasa dan melodi yang baru sekali terdengar di kuping saya, membuat saya untuk meneruskan mendengar lagu tersebut. Menunggang Badai menjadi lagu dari Barasuara yang pertama kali saya dengar. Saya pun menjadi penasaran dan mencari tahu lagu-lagu mereka yang lain. Sejak saat itu, kedua album mereka: [1] Taifun dan [2] Pikiran & Perjalanan menjadi teman yang menemani saya di saat saya sedang kerja di kantor, atau kalo sedang rilek di kasur.

Tulisan ini tidak bertujuan apa-apa. Saya hanya ingin menuliskan kalimat-kalimat yang menurut saya sangat menarik, atau bisa jadi sangat relate dan berarti untuk saya, ketika saya mendengar bait atau lirik tersebut.

Nyala Suara

Baramu padam
Lara menyala tanpa suara

Sendu Melagu

Semua yang kau rindu
Semua menjadi abu

Bahas Bahasa

Lidah kian berlari tanpa henti
Tanpa disadari tak ada arti
Bahasamu bahas bahasanya
Lihat kau bicara dengan siapa

Makna–makna dalam aksara
Makna mana yang kita bela

Hagia

Sempurna yang kau puja
Dan ayat-ayat yang kau baca
Tak kurasa berbeda
Kita bebas untuk percaya

Seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami

Api dan Lentera

Memori yang dulu kau hapuskan akan berlari
Saranku kau berhenti menyiksa diri
Waktu yang akan mengobatimu
Yang kau perlu kau mendewasakan itu

Kita kan pulang dengan waktu yang terbuang
Dan kenangan yang berjalan bersama

Menunggang Badai

Di dalammu dendam parah bersarang
Perih mencekam, perih mencekam
Pedih bersulang, pedih bersulang
Lara bersarang, lara bersarang

Dalam peraduan dendammu melagu
Dalam perasaan diammu memburu
Dalam kesunyian gerammu bertalu
Dalam keraguan lantas kau berseru

Tarintih

Keras serapah dari semua yang kau tahu
“Apapun yang kan kamu cari adalah bisikanku”

Mengunci Ingatan

Pagimu yang terluka
Malammu yang menyiksa
Hal yang ingin kau lupa
Justru semakin nyata

Taifun

Semua harap yang terucap kan kembali

Saat kau menerima dirimu dan berdamai dengan itu
Kau menari dengan waktu tanpa ragu yang membelenggu

Seribu Racun

Di dalam pikiran ku dikalahkan
Di dalam pikiran dipermainkan
Di dalam pikiran aku melawan
Di dalam pikiran mencari kawan

Pikiran dan Perjalanan

Mereka rencana
Tentang masa depan
Tabur harapan
Alpa kepastian

Belantara masa depan
Pikiran dan perjalanan
Biar kami yang tentukan

Menari-nari walau terluka tak kau tangisi
Berdiri lagi di dalam sepi menari-nari

Guna Manusia

Mencari guna manusia
Tiap langkah rusak semua

Pancarona

Kau mulai meragu akan isi hatimu
Pancarona
Segala perubahan dan ketidakpastian
Pancarona

Tentukan Arah

Kau adu pahammu, pahamku
Kau benar, kau benar, kau benar

Tentukan arah
Tentukan arahmu

Kita teracuni, racuni

Masa Mesias Mesias

Masa, mesias mesias
Masa, mesias mesias
Guna-guna, adu domba
Devide et impera

Mantra, marah di angkasa
Suci, sembunyi-sembunyi

Haluan

Menari melibas antara
Huru-hara, huru-hara
Bersulang untuk perbedaan
Satukan haluan

Mualan, bualan, paksaan, ancaman
Yang benar diredam, diputar haluan

Deras berita, beda cerita
Membakar kita

Samara

Samara, Ani, Jiyana

Kita bisa tenggelam dan bisa padam
Atau bangkit berjalan lalu melawan

Tirai Cahaya

Membelah tiraimu
Menyalakan hati ibumu
Merekah suara
Dunia jagad semesta

Tertunduk, bersimpuh
Menyambut hidup
Kau mulai perjalananmu

Waktu berlalu dan raga menua
Tirai ingatan kan terkoyak

Sendiri jalan kau tempuh
Tubuhmu bersimbah peluh
Di awan kami memandangmu

Merajut menenun rasa
Merawat cinta di dada
(Tirai-tirai merajut warna)

Referensi

--

--

Ferdinand Chandra
Ferdinand Chandra

Written by Ferdinand Chandra

Opinionated Frontend Developer 🇮🇩

No responses yet